Senin, 02 Februari 2015

TANGGA KAMPOENG JERAMI



PROSES KEDUA
DI PERTEMUAN RUTIN KOMUNITAS KAMPOENG JERAMI
Oleh : Fendi Kachonk

Sebagaimana jadwal yang telah disepakati tanggal, 31 Januari 2015, Jam. 19. 30 Wib (bakda Isya’) bertempat di Jalan Seludang depan Istana Sport Sumenep. Komunitas Kampoeng Jerami untuk kali keduanya akan berkumpul untuk belajar bersama. Sebelumnya 10 orang telah menyepakati berapa hal soal proses berkarya dan sistem belajar bersama.
Seharian kota Sumenep diselimuti awan dan hujan, dari sekitaran jam 8.00 WIB sampai sore hari masih juga gerimis, untuk keluar rumah rasa-rasanya perlu satu dorongan yang sangat dipaksakan untuk melawan malas dan menjaga komitmen yang telah disepakati. Sekuat tenaga segera saya mencoba melawan romantisnya gerimis yang seolah membuat tubuh saya manja. Dan, sesampai di Pasar Lenteng rupanya gerimis juga semakin membuat rayuannya makin dahsyat. Tapi, saya tak mencoba menepi, karena saya bayangkan ada berapa persiapan yang belum selesai, seperti tikar dan kopi untuk menghangatkan obrolan kami nanti.
Seperti pada pertemuan pertama dalam angan saya kembali mengulang bagaimana hujan dan gerimis dan cuaca selalu menjadi alasan dalam beberapa kesempatan, sampai pun saya tersenyum, romantika musim dan perubahan cuaca adalah bagian yang tak terpisahkan dalam mempengaruhi tiap perjalanan proses kami. “ Masih hujan kak!” atau “Aduh, Maaf, Hujan Fen!” segitu hafalnya dalam pendengaran dan lalu saya pun tersenyum. Dalam hati saya selalu akan melihat sisi leluconnya, lelucon yang sebenarnya tak ada yang salah dan akhirnya seperti dalam surat-surat kedinasan pasti ada kalimat begini. Demikian surat ini. Harap maklum.
Hikmah yang luar biasa saya dapatkan adalah karena hal tersebut, untuk dilihat sebagai satu yang sederhana agar tak sia-sia dalam perjalan proses ini untuk direkam dalam satu catatan. Catatan yang kelak mungkin menjadikan diri saya atau siapa pun akan tersenyum dan mampu mengulang kembali memory masa-masa yang romantis dalam mengarungi naik dan turunnya gelombang dalam berproses belajar bersama di Komunitas Kampoeng Jerami.
Perjalanan Moncek ke Kota Sumenep tak terasakan ketika saya diterbang dari dua sisi dan keadaan, alam pikiran, dan alam nyata di atas motor sambil membayangkan, memikirkan dan merenungi tiap sesuatu yang ada dalam tiap proses ini. Lalu, saya mendengar suara Azhan Magrib. Sampai pula pada tempat di mana kami berjanji untuk bertemu malam ini. Tak saya lihat kelebat bayangan Ferli. Hanya bayangan Wawan dan lalu dia mendekati dan menemani saya. “Kemana Ferli?” Tanya saya pada Wawan. “ Kak Fer Sedang dalam perampungan Modul Kaderisasi PMII kak, sudah 3 harinya sekarang belum selesai.” Ujar Wawan.
Saya dan Wawan segera belanja kopi dan memasaknya, menyiapkan “lamak” dan lalu menunggu satu persatu kawan yang akan akan datang. 19.10 WIB. Rifki teryata sudah di dalam kamar tak saya sadari waktu belanja dia datang. Wawan dengan sigap membantu seolah dia memposisikan tubuh Ferli dan lalu Mas Hidayat Raharja sudah sampai setelah sebelumnya hujan kembali reda dan membuat sedikit kacau perasaan. “Ah, jangan-jangan tak ada yang datang.” Tapi, jauh sebelum itu. Hasmidi dan Anis (perempuan satu-satunya) dalam forum ini telah terlebih dahulu telah datang sebelum mas Hidayat Raharja. Di susul setelah itu dengan kedatangan Sigit yang dijemput oleh Rifky ke terminal dalam keadaan basah kuyub, ah, sudah berkumpul. Fendi Kachonk, Rifky, Hasmidi, Anis, dan Wawan, Mas Hidayat Raharja dan lalu Ragil mahasiswa Universitas Brawijaya Malang yang kebetulan sedang pulang kampung juga datang.
Kembali ke hujan, ada doa semoga segera reda, ada doa semoga dingin tak terasakan bagi setiap kawan yang akan datang, dan mas Syaf Anton Wr, juga bersama kami akhirnya, bincang kecil, kehangatan kopi menambah hangat candaan kami. Yang akhirnya Aba Qosim, temannya Rifki di Sanggar Pelar juga berkenan datang dan yang terakhir mas Sairi seorang pecinta bonsai dan sastra juga mampu menembus dingin dari desa kasengan yang hijau yang indah itu.
Berapa kawan, telah meminta izin tak bisa datang, sakit dan hujan jelas menjadi pemakluman dan semuanya memang harus terjadi. Diskusi kami dimulai dengan Fendi Kachonk sebagai fasilatator untuk memulai dan menjadi petugas tukang gelitik dan tukang lempar pertanyaan. Mulai dari Rifki, Hasmidi, Mas Syaf Anton dan Mas Hidayat Raharja, Bung Ragil Cahya Mulyana mengampu Notulensi, Sigit Wahyudi, Aba Qosim saling melempar ide dan gagasan menjadikan diskusi hangat dalam serius dan penuh canda. Sampai, akhirnya disepakati untuk pertemuan yang akan datang akan puisi Rifky Raya dan cerpennya Hasmidi akan dibincangkan secara santai pada tanggal 14 Februari 2015 dengan pembahas mas Hidayat Raharja.
Dua jam, kami fokus pada pembahasan, ide dan gagasan, semua tertuang mulai dari ide soal iuran yang disepakati tak ada iuran tapi dengan menggunakan kotak kerelaan. Kesiapan internal Komunitas untuk mengelola Jurnal atau tabloid. Namun, akhirnya pembahasan soal tabloid atau jurnal masih belum bisa direalisasikan dalam waktu dekat. Karena semua bersepakat untuk menguatkan proses pengkaryaan di tubuh anggota.
Maka dan akhirnya dalam catatan ini, sekaligus akan menjadi undangan terbuka bagi semua kawan-kawan yang berkenan hadir pada pertemuan yang akan datang yaitu bertepatan pada hari Sabtu (malam minggu), Tanggal 14 Februari 2015. Tempat di Jalan Seludang depan Istana Sport. Agenda bincang santai karya dan proses kreatif dari karya Puisi Rifky Raya dan Cerpen Hasmidi.
Semoga semesta berdoa kepada Tuhan untuk kesuksesan kita semua. Amiin