PROSES KEDUA
DI PERTEMUAN
RUTIN KOMUNITAS KAMPOENG JERAMI
Oleh : Fendi
Kachonk
Sebagaimana jadwal yang telah
disepakati tanggal, 31 Januari 2015, Jam. 19. 30 Wib (bakda Isya’) bertempat di
Jalan Seludang depan Istana Sport Sumenep. Komunitas Kampoeng Jerami untuk kali
keduanya akan berkumpul untuk belajar bersama. Sebelumnya 10 orang telah
menyepakati berapa hal soal proses berkarya dan sistem belajar bersama.
Seharian kota Sumenep diselimuti awan
dan hujan, dari sekitaran jam 8.00 WIB sampai sore hari masih juga gerimis,
untuk keluar rumah rasa-rasanya perlu satu dorongan yang sangat dipaksakan
untuk melawan malas dan menjaga komitmen yang telah disepakati. Sekuat tenaga
segera saya mencoba melawan romantisnya gerimis yang seolah membuat tubuh saya
manja. Dan, sesampai di Pasar Lenteng rupanya gerimis juga semakin membuat
rayuannya makin dahsyat. Tapi, saya tak mencoba menepi, karena saya bayangkan
ada berapa persiapan yang belum selesai, seperti tikar dan kopi untuk
menghangatkan obrolan kami nanti.
Seperti pada pertemuan pertama dalam
angan saya kembali mengulang bagaimana hujan dan gerimis dan cuaca selalu
menjadi alasan dalam beberapa kesempatan, sampai pun saya tersenyum, romantika
musim dan perubahan cuaca adalah bagian yang tak terpisahkan dalam mempengaruhi
tiap perjalanan proses kami. “ Masih hujan kak!” atau “Aduh, Maaf, Hujan Fen!”
segitu hafalnya dalam pendengaran dan lalu saya pun tersenyum. Dalam hati saya
selalu akan melihat sisi leluconnya, lelucon yang sebenarnya tak ada yang salah
dan akhirnya seperti dalam surat-surat kedinasan pasti ada kalimat begini.
Demikian surat ini. Harap maklum.
Hikmah yang luar biasa saya dapatkan
adalah karena hal tersebut, untuk dilihat sebagai satu yang sederhana agar tak
sia-sia dalam perjalan proses ini untuk direkam dalam satu catatan. Catatan
yang kelak mungkin menjadikan diri saya atau siapa pun akan tersenyum dan mampu
mengulang kembali memory masa-masa yang romantis dalam mengarungi naik dan
turunnya gelombang dalam berproses belajar bersama di Komunitas Kampoeng
Jerami.
Perjalanan Moncek ke Kota Sumenep tak
terasakan ketika saya diterbang dari dua sisi dan keadaan, alam pikiran, dan
alam nyata di atas motor sambil membayangkan, memikirkan dan merenungi tiap
sesuatu yang ada dalam tiap proses ini. Lalu, saya mendengar suara Azhan
Magrib. Sampai pula pada tempat di mana kami berjanji untuk bertemu malam ini.
Tak saya lihat kelebat bayangan Ferli. Hanya bayangan Wawan dan lalu dia
mendekati dan menemani saya. “Kemana Ferli?” Tanya saya pada Wawan. “ Kak Fer
Sedang dalam perampungan Modul Kaderisasi PMII kak, sudah 3 harinya sekarang
belum selesai.” Ujar Wawan.
Saya dan Wawan segera belanja kopi
dan memasaknya, menyiapkan “lamak” dan lalu menunggu satu persatu kawan yang
akan akan datang. 19.10 WIB. Rifki teryata sudah di dalam kamar tak saya sadari
waktu belanja dia datang. Wawan dengan sigap membantu seolah dia memposisikan
tubuh Ferli dan lalu Mas Hidayat Raharja sudah sampai setelah sebelumnya hujan
kembali reda dan membuat sedikit kacau perasaan. “Ah, jangan-jangan tak ada
yang datang.” Tapi, jauh sebelum itu. Hasmidi dan Anis (perempuan satu-satunya)
dalam forum ini telah terlebih dahulu telah datang sebelum mas Hidayat Raharja.
Di susul setelah itu dengan kedatangan Sigit yang dijemput oleh Rifky ke terminal
dalam keadaan basah kuyub, ah, sudah berkumpul. Fendi Kachonk, Rifky, Hasmidi,
Anis, dan Wawan, Mas Hidayat Raharja dan lalu Ragil mahasiswa Universitas
Brawijaya Malang yang kebetulan sedang pulang kampung juga datang.
Kembali ke hujan, ada doa semoga
segera reda, ada doa semoga dingin tak terasakan bagi setiap kawan yang akan
datang, dan mas Syaf Anton Wr, juga bersama kami akhirnya, bincang kecil,
kehangatan kopi menambah hangat candaan kami. Yang akhirnya Aba Qosim, temannya
Rifki di Sanggar Pelar juga berkenan datang dan yang terakhir mas Sairi seorang
pecinta bonsai dan sastra juga mampu menembus dingin dari desa kasengan yang
hijau yang indah itu.
Berapa kawan, telah meminta izin tak
bisa datang, sakit dan hujan jelas menjadi pemakluman dan semuanya memang harus
terjadi. Diskusi kami dimulai dengan Fendi Kachonk sebagai fasilatator untuk
memulai dan menjadi petugas tukang gelitik dan tukang lempar pertanyaan. Mulai
dari Rifki, Hasmidi, Mas Syaf Anton dan Mas Hidayat Raharja, Bung Ragil Cahya
Mulyana mengampu Notulensi, Sigit Wahyudi, Aba Qosim saling melempar ide dan
gagasan menjadikan diskusi hangat dalam serius dan penuh canda. Sampai,
akhirnya disepakati untuk pertemuan yang akan datang akan puisi Rifky Raya dan
cerpennya Hasmidi akan dibincangkan secara santai pada tanggal 14 Februari 2015
dengan pembahas mas Hidayat Raharja.
Dua jam, kami fokus pada pembahasan,
ide dan gagasan, semua tertuang mulai dari ide soal iuran yang disepakati tak
ada iuran tapi dengan menggunakan kotak kerelaan. Kesiapan internal Komunitas
untuk mengelola Jurnal atau tabloid. Namun, akhirnya pembahasan soal tabloid
atau jurnal masih belum bisa direalisasikan dalam waktu dekat. Karena semua
bersepakat untuk menguatkan proses pengkaryaan di tubuh anggota.
Maka dan akhirnya dalam catatan ini,
sekaligus akan menjadi undangan terbuka bagi semua kawan-kawan yang berkenan
hadir pada pertemuan yang akan datang yaitu bertepatan pada hari Sabtu (malam
minggu), Tanggal 14 Februari 2015. Tempat di Jalan Seludang depan Istana Sport.
Agenda bincang santai karya dan proses kreatif dari karya Puisi Rifky Raya dan
Cerpen Hasmidi.