BELAJAR BERSAMA

By Fendi Kachonk on Friday, March 1, 2013 at 2:41am
Salam Sastra untuk semua warga Kampung Jerami...!

Inilah kali pertama kita akan duduk dan bermusyawarah dengan mengedepankan semangat belajar bersama, dan Ibu Lia Amalia Sulaksmi telah berkenan menyusun beberapa berita dan kabar serta sedikit ulasan soal Puisi/sajak Ws Rendra. Namun terlebih dahulu, mariklah kita kesampingkan semua baju kita dan kita pakai seragam kebersamaan " SEMUA ORANG ADALAH GURU" dari beberapa tulisan ini, Ibu Lia Amalia Sulaksmi telah menyusun beberapa hal yang sekiranya pantas untuk kita ketahui bersama, nah, kawan dan semua warga boleh menambahi dan berperan aktif dalam forum dan berlaku bijak dan adil sesama warga. Salam Hangat.

MENGENANG Ws RENDRA
Dirangkum Oleh : LIA AMALIA SULAKSMI


Nah, kawan-kawan dan semua warga dan keluarga Kampung Jerami, tiba saatnya kita mengenang Ws Rendra dan menggali banyak pengalaman yang telah beliau dedikasikan untuk kita semua. Berikut berapa ulasan tentang Ws RENDRA.

Siapa WS rendra? Nama lengkapnya Willibrordus Surendra Broto Rendra, lahir di Solo, Jawa Tengah, 7 November 1935 – meninggal di Depok, Jawa Barat, 6 Agustus 2009 pada umur 73 tahun) adalah penyair ternama yang kerap dijuluki sebagai "Burung Merak". Ia mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta pada tahun 1967. Ketika kelompok teaternya kocar-kacir karena tekanan politik, kemudian ia mendirikan Bengkel Teater Rendra di Depok, pada bulan Oktober 1985. Semenjak masa kuliah ia sudah aktif menulis cerpen dan esai di berbagai majalah.

Rendra adalah anak dari pasangan R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo dan Raden Ayu Catharina Ismadillah. Ayahnya adalah seorang guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa pada sekolah Katolik, Solo, di samping sebagai dramawan tradisional; sedangkan ibunya adalah penari serimpi di keraton majapahit. Masa kecil hingga remaja Rendra dihabiskannya di kota kelahirannya. Setelah menikah, ia pindah agama menjadi Islam.

Bakat sastra Rendra sudah mulai terlihat ketika ia duduk di bangku SMP. Saat itu ia sudah mulai menunjukkan kemampuannya dengan menulis puisi, cerita pendek dan drama untuk berbagai kegiatan sekolahnya. Bukan hanya menulis, ternyata ia juga piawai di atas panggung. Ia mementaskan beberapa dramanya, dan terutama tampil sebagai pembaca puisi yang sangat berbakat.

Ia pertama kali mempublikasikan puisinya di media massa pada tahun 1952 melalui majalah Siasat. Setelah itu, puisi-puisinya pun lancar mengalir menghiasi berbagai majalah pada saat itu, seperti Kisah, Seni, Basis, Konfrontasi, dan Siasat Baru. Hal itu terus berlanjut seperti terlihat dalam majalah-majalah pada dekade selanjutnya, terutama majalah tahun 60-an dan tahun 70-an.

"Kaki Palsu" adalah drama pertamanya, dipentaskan ketika ia di SMP, dan “Orang-Orang di Tikungan Jalan” adalah drama pertamanya yang mendapat penghargaan dan hadiah pertama dari Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Yogyakarta. Pada saat itu ia sudah duduk di SMA. Penghargaan itu membuatnya sangat bergairah untuk berkarya. Prof. A. Teeuw, di dalam bukunya Sastra Indonesia Modern II (1989), berpendapat bahwa dalam sejarah kesusastraan Indonesia modern Rendra tidak termasuk ke dalam salah satu angkatan atau kelompok seperti Angkatan 45, Angkatan 60-an, atau Angkatan 70-an. Dari karya-karyanya terlihat bahwa ia mempunyai kepribadian dan kebebasan sendiri.

Karya-karya Rendra tidak hanya terkenal di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Banyak karyanya yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing, di antaranya bahasa Inggris, Belanda, Jerman, Jepang dan India.

Ia juga aktif mengikuti festival-festival di luar negeri, di antaranya The Rotterdam International Poetry Festival (1971 dan 1979), The Valmiki International Poetry Festival, New Delhi (1985), Berliner Horizonte Festival, Berlin (1985), The First New York Festival Of the Arts (1988), Spoleto Festival, Melbourne, Vagarth World Poetry Festival, Bhopal (1989), World Poetry Festival, Kuala Lumpur (1992), dan Tokyo Festival (1995).

Pada tahun 1967, sepulang dari Amerika Serikat, ia mendirikan Bengkel Teater yang sangat terkenal di Indonesia dan memberi suasana baru dalam kehidupan teater di tanah air. Namun sejak 1977 ia mendapat kesulitan untuk tampil di muka publik baik untuk mempertunjukkan karya dramanya maupun membacakan puisinya. Kelompok teaternyapun tak pelak sukar bertahan. Untuk menanggulangi ekonominya Rendra hijrah ke Jakarta, lalu pindah ke Depok. Pada 1985, Rendra mendirikan Bengkel Teater Rendra yang masih berdiri sampai sekarang dan menjadi basis bagi kegiatan keseniannya.

Pendidikan  SMA St. Josef, Solo.  Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. American Academy of Dramatical Art, New York, USA (1967). Kumpulan puisinya antara lain Ballada Orang-Orang Tercinta, Blues untuk Bonnie, Empat Kumpulan Sajak, Sajak-sajak Sepatu Tua, Mencari Bapak, Perjalanan Bu Aminah, Nyanyian Orang Urakan, Pamphleten van een Dichter, Potret Pembangunan Dalam Puisi, Disebabkan Oleh Angin, Orang Orang Rangkasbitung, Rendra: Ballads and Blues Poem, State of Emergency.

Penghargaan yang pernah diterima : Hadiah Pertama Sayembara Penulisan Drama dari Bagian Kesenian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , Yogyakarta (1954), Hadiah Sastra Nasional BMKN (1956), Anugerah Seni dari Pemerintah Republik Indonesia (1970), Hadiah Akademi Jakarta (1975), Hadiah Yayasan Buku Utama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1976), Penghargaan Adam Malik (1989), The S.E.A. Write Award (1996), Penghargaan Achmad Bakri (2006).

Puisi ini tak diberi judul. Ditulis tangan saat dirawat karena penyakit jantung koroner di RS Mitra Keluarga Depok pada 31 Juli 2009. Teks puisi bertulis tangan itu diperlihatkan di rumah duka di Bengkel Teater, Citayam, Depok, Jumat (7/8/2009). Berikut puisinya:

Aku lemas
Tapi berdaya
Aku tidak sambat rasa sakit
atau gatal

Aku pengin makan tajin
Aku tidak pernah sesak nafas
Tapi tubuhku tidak memuaskan
untuk punya posisi yang ideal dan wajar

Aku pengin membersihkan tubuhku
dari racun kimiawi

Aku ingin kembali pada jalan alam
Aku ingin meningkatkan pengabdian
kepada Allah

Tuhan, aku cinta padamu

Rendra
31 July 2009
Mitra Keluarga

Kawan, warga dan keluarga Kampung Jerami di bawah ini adalah puisi yang akan kita diskusikan, diskusi dan musayawarah ini tidak cuma pada karyanya saja, tapi siapa tahu kawan-kawan yang lain memiliki pengetahun khusus soal Ws Rendra, mohon kiranya di share kepada seluruh warga Kampung Jerami, sehingga dapat memacu semangat kita dalam menulis dan berkarya. Mari berdiskuasi!

SAJAK ORANG KEPANASAN
Oleh :
W.S. Rendra

Karena kami makan akar
dan terigu menumpuk di gudangmu
Karena kami hidup berhimpitan
dan ruangmu berlebihan
maka kami bukan sekutu
Karena kami kucel
dan kamu gemerlapan
Karena kami sumpek
dan kamu mengunci pintu
maka kami mencurigaimu
Karena kami telantar dijalan
dan kamu memiliki semua keteduhan
Karena kami kebanjiran
dan kamu berpesta di kapal pesiar
maka kami tidak menyukaimu
Karena kami dibungkam
dan kamu nyerocos bicara
Karena kami diancam
dan kamu memaksakan kekuasaan
maka kami bilang : TIDAK kepadamu
Karena kami tidak boleh memilih
dan kamu bebas berencana
Karena kami semua bersandal
dan kamu bebas memakai senapan
Karena kami harus sopan
dan kamu punya penjara
maka TIDAK dan TIDAK kepadamu
Karena kami arus kali
dan kamu batu tanpa hati
maka air akan mengikis batu

Suara Merdeka,
Jumat, 15 Mei 1998

Bagaimana dengan Puisi WS Rendra yang berjudul SAJAK ORANG KEPANASAN ????

Bagi saya pribadi sebuah awal yang manis, karena kami makan akar dan terigu menumpuk di gudangmu, manis pada pengertian ironis. Kami makan akar,...sejenis umbi umbian; singkong, ubi jalar, dll,  sedang kamu menumpuk terigu di  gudangmu...artinya “kamu” bisa makan roti, kue, dll.
Puisi ini sebuah ironi, perbandingan kehidupan yang seperti jurang setidaknya hal tersebut yang ingin digambarkan WS Rendra. Hakikatnya dilihat dari segi tema puisi ini berisi kritik sosial.

Dalam catatan yang saya kumpulkan di atas bisa diambil pelajaran bahwa dalam hidup semua orang memiliki pendirian dan cita-cita masing-masing, sehingga berbagai macam cara dan upaya selalu dan pasti dijalankan dalam menggapai cita-cita tersebut, tarik sedikit kesimpulan dari pelajaran proses kreatifitas Ws Rendra betapa beliau tidak pernah letih dalam mengembangkan diri dan menyuarakan hak-hak kaum tertindas lewat sajak/puisi dan itu semua tidaklah berjalan linear, penuh guncangan bahkan pernah dicekal tak boleh mentas dan baca puisi.

Benang merah pelajaran itu juga tersimpul dari semangatnya Beliau pun ketika beliau sakit masih menulis. Karena saya yakin puisi sudah menjadi alat perjuangan bagi beliau, sehingga akan sangat nyata Ws Rendra telah memberikan berlian yang sangat berharga pada perkembangan sastra dan kemanusiaan di Indonesia. Maka dalam akhir catatan mengenai Ws Rendra dua bait " KESAKSIAN" yang ditulis oleh beliau dan dinyanyikan oleh IWAN FALS, akan sedikit mengetuk hati kita.

Bahwa perjalanan masih panjang dan semoga saling bisa menyambung semangat dan inilah bait lagunya : Orang-orang harus dibangunkan, aku bernyanyi menjadi saksi. Kenyataan harus dikabarkan. Aku bernyanyi menjadi saksi.

Sumber :
http://pheythieq.blogspot.com/2009/05/pengertian-puisi-menurut-para-ahli.html
http://kepadapuisi.blogspot.com/2012/06/ballada-orang-orang-tercinta.html
http://id.wikipedia.org/wiki/W._S._Rendra

Mari berdiskusi!
KAMPUNG JERAMI, 28 Feb 2013 dalam diskusi mengenang Ws Rendra 2 Maret 2013

Salam Sastra
Semangat selalu

Ditulis kembali berdasarkan sumber di atas oleh LIA AMALIA SULASMI, Bandung.
  • Umirah Ramata panjangnyaaaa....
  • Fendi Kachonk nanti aja di bahasnya malam minggu yah?
  • Heru Widhi Handayani like dulu ya...buat pr keburu ke sklah
  • Dang Zhockaw GothessNyalira like bgt.... My Inspiration...
  • Udin Palala makasi aku like dulu, ini sangat berharga dan bermanfaat bagi kita semua,
  • Sigit Enstiwistle haaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
  • Asri Fara Sigit@disini mangap disana mangap, awas dicium onta low,wkwkw
  • Binsar Oppu Aku lemas
    Tapi berdaya
    Aku tidak sambat rasa sakit
    atau gatal

    Aku pengin makan tajin
    Aku tidak pernah sesak nafas
    Tapi tubuhku tidak memuaskan
    untuk punya posisi yang ideal dan wajar

    Aku pengin membersihkan tubuhku
    dari racun kimiawi

    Aku ingin kembali pada jalan alam
    Aku ingin meningkatkan pengabdian
    kepada Allah

    Tuhan, aku cinta padamu

    Rendra
    31 July 2009
    Mitra Keluarga
  • Binsar Oppu Kenapa puisi yg diatas tak diberi judul; Apakah tak sempat atau menjadi misteri,; Tubuh digerogoti tapi semangat dan jiwanya bangkit... dia mau mensyukuri dan bersatu dengan penciptanya wujud pertobatannya atau apa?
  • Fendi Kachonk kepada seluruh kawan2 sudah saatnya kita diskusi mlm ini, monggo kepada ibu lia dan relawan, di lanjutkan.
  • Lia Amalia Sulaksmi Mangga..mas Fendi Kachonk, Mbak Asri Fara, Mbak Umirah Ramata. Dek Meonk Bajiebon, Mbak Altje Wantania, adakah yang akan disampaikan
  • Lia Amalia Sulaksmi Mas Binsar Oppu, pertanyaan kenapa puisi tersebut tak diberi judul???
  • Roedy HaBida dalam aspek apanya yang mau kita bahas/diskusikan nya??
  • Lia Amalia Sulaksmi mas Roedy HaBida , ada beberapa aspek yang akan kita bahas hari ini, mengenai puisi sajak orang kepanaasan,....ditinjau dari segi pemaknaan (isi) dan proses peciptaan karya WS Rendra......kita tinjau dari segi isi dulu yah....adakah pendapat dari mas Roedy HaBida mengenai seorang WS Rendra???
  • Umirah Ramata hadiir, menyimak
  • Lia Amalia Sulaksmi Ayo mbak Umirah Ramata, apa yang diketahu tentang WS REndra si Burung Merak???
  • Nova Linda hadir dan menyimak.. hehehe
  • Lia Amalia Sulaksmi WS Rendra tidak termasuk angkatan 45, 66, atau pun angkatan lainnya karena puisinya punya gaya tersendiri, langsung menyentuh kondisi real bangsa,......puisinya berbeda dengan penyair lain
  • Fendi Kachonk Heheh...bagi saya pribadi Ws Rendra adalah seorang yang pantas dicontoh selama berproses dan sukses...Colek Cahaya Rany heheheh ayo kita diskusi.... Kang Ginong mana ya?
  • Larra Bening Siap dengan pembelajaran

    Salaam bahagia semua..
    Rahayu
  • Lia Amalia Sulaksmi Mas Binsar Oppu, selama sakit beliau masih menulis...sebuah tanda akhir....puisi tanpa judul,.......aku mencintaimu Tuhan.....aku ingin kembali ke alam.....apakah itu sebuah tanda....
  • Gia Setiawati Nesa iya mba lia... sya masih menyimak.. slmt malam kak Fendi Kachonk juga,,, dan semuanya...
  • Fendi Kachonk ayo kawan ada semngat baru yang bisa kita pelajari bersama,,,Ws Rendra itu siapa seh Bu Lia Amalia Sulaksmi
  • Gia Setiawati Nesa mba Lia Amalia Sulaksmi sebagai nara sumber hehehe.. mengenal lebih dekat WS Renra tepatnya mungkin kak Fendi Kachonk.. duduk manis menyimak..
  • Fendi Kachonk Gia Setiawati Nesa,,,,oke menurut ba gia apa yang bisa di ambil hikmahnya dari tulisan di atas,,,Nova Linda apa pendapatmu tentang Ws Rendra
  • Roedy HaBida diatas kalau gak salah belum ada ulasannya juga... Rendra pernah menikah (poligami) dengan 3 perempuan
    terakhir Rendra mempersunting Ken Zuraida, istri ketiga yang memberinya dua anak. Tapi pernikahan itu harus dibayar mahal karena tak lama sesudah kelahiran Maryam, Rendra diceraikan oleh istri ke 2 nya (Sitoresmi) pada 1979, dan istri pertamanya (Sunarti) pada tahun 1981.

    saya tidak begitu tahu banyak soal karya2nya Rendra tapi cukup bisa menikmati tentang apa yang telah Rendra torehkan...

    Rendra penyair besar yang di miliki negeri ini.
    karya2nya dalam pandangan saya mencerminkan/melukiskan keadaan objektif keseharian masyarakat yg di kemas dalam bahasa satra.

    nah Rendra ini kan dalam ualsan di atas tidak do golongkan dalam angkat 45 - 60an atau 70an dan dikatakan memiliki kepribadian sendiri.
    ya tentu kalau dia ga memiliki kepribadian dalam bahasa sastranya pasti dia gagal .... heeeeee

    nah Rendra ini bisa di golongkan pada kelompok sastra realis ga..????
  • Binsar Oppu Dia seorang penyair yang mempunyai kepekaan dan dia tahu bila tiba saatnya atau?
  • Lia Amalia Sulaksmi betul mas Roedy HaBida, Rendra digolongkan ke dlam sastra Realis? Mungkin di forum ada yang tahu sasttra realis??
  • Nova Linda tetap menyimak dengan semangat, karna saya pribadi mempunyai pemahaman yang masih sangat dangkal tentang sosok penyair WS Rendra.
  • Fendi Kachonk Oke Bung Roedy HaBida itu sangat benar ada poligami yang di lakukan Ws Rendra, tapi mungkin ada pertimbangan sendiri dari kawan Lia Amalia Sulaksmi tapi entah dengan menurut Binsar Oppu dan Nova Linda,,,,Umirah Ramata dan Gia Setiawati Nesa dan Meonk juga bisa angkat bicara heehehe
  • Fendi Kachonk Sekar Wangi monggo di sini donk...
  • Lia Amalia Sulaksmi perasaan jatuh cintanya yang pertama kepada Sunarti, membuat Rendra sangat produktif menulis puisi dan menghasilkan banyak karya....
  • Fendi Kachonk Kawan Binsar Oppu dan Bung Roedy HaBida sepakat Rendra selah berhasil mengembangkan sikap dan lepas dari macam angkatan itu, dan mungkin setelah ini akan ada banyak materi yang soal berbagai puisi dan alirannya....iya gak kawan Lia Amalia Sulaksmi
  • Sekar Wangi ouw...iya..trima kasih , mas Fendi, aku akan disini, tp apa yang perlu disiapkan mas..hehe
  • Lia Amalia Sulaksmi Baru pada usia 24 tahun, ia menemukan cinta pertama pada diri Sunarti Suwandi. Dari wanita yang dinikahinya pada 31 Maret 1959 itu, Rendra mendapat lima anak: Theodorus Setya Nugraha, Andreas Wahyu Wahyana, Daniel Seta, Samuel Musa, dan Clara Sinta. Romantisme percintaan mereka memberi inspirasi Rendra sehingga lahir beberapa puisi yang kemudian diterbitkan dalam satu buku "Empat Kumpulan Sajak".

    Di kemudian hari pada tahun 1971 datanglah Raden Ayu Sitoresmi Prabuningrat ditemani oleh kakaknya RA Laksmi Prabuningrat, keduanya adalah putri darah biru Keraton Yogyakarta mengutarakan keinginannya untuk menjadi murid Rendra dan bergabung dengan Bengkel Teater. Tak lama kemudian Rendra melamar Sito untuk menjadi istri kedua, dan Sito menerimanya. Peristiwa itu, tak pelak lagi, mengundang berbagai komentar sinis seperti mengenai masuknya Rendra menjadi Islam hanya untuk poligami. Tapi alasan yang lebih prinsipil bagi Rendra, karena Islam bisa menjawab persoalan pokok yang terus menghantuinya selama ini: kemerdekaan individual sepenuhnya. Saya bisa langsung beribadah kepada Allah tanpa memerlukan pertolongan orang lain. Sehingga saya merasa hak individu saya dihargai, katanya sambil mengutip ayat Quran, yang menyatakan bahwa Allah lebih dekat dari urat leher seseorang. Dari Sitoresmi, ia mendapatkan empat anak: Yonas Salya, Sarah Drupadi, Naomi Srikandi, dan Rachel Saraswati

    Sang Burung Merak kembali mengibaskan keindahan sayapnya dengan mempersunting Ken Zuraida, istri ketiga yang memberinya dua anak: Isaias Sadewa dan Mikriam Supraba. Tapi pernikahan itu harus dibayar mahal karena tak lama sesudah kelahiran Maryam, Rendra diceraikan Sitoresmi pada 1979, dan Sunarti pada tahun 1981.

    Sejak tahun 1977 ketika ia sedang menyelesaikan film garapan Sjumanjaya, "Yang Muda Yang Bercinta" ia dicekal pemerintah Orde Baru. Semua penampilan di muka publik dilarang. Ia menerbitkan buku drama untuk remaja berjudul "Seni Drama Untuk Remaja" dengan nama Wahyu Sulaiman. Tetapi di dalam berkarya ia menyederhanakan namanya menjadi Rendra saja sejak 1975.
  • Fendi Kachonk Altje Wantania dan Umirah Ramata serta Sri Nurhayati hehehe dalam catatan saya mengenai Ws Rendra adalah kehebatan dan keseriusannya dalam melakoni sebuah proses panjang,,, dan tetap tak menyerah meski sedang sakit....dia tetap menulis dan semangat inilah yang patut di tiru benar gak pak Binsar Oppu dan Bung Roedy HaBida
  • Gia Setiawati Nesa klo menurutku,, mungkn hal yg bernilai efektif dibahas tentang kecenderungan ciri yang bisa juga dijadikan referensi penyair pemula lagi yang sedang mencari bentuk puisinya sehingga bisa bernilai plus untuk yang masih mempelajarinya,, bisa masuk kecenderungan yg menjadi cirinya berpuisi seperti gayanya, tentang pemilihan diksi, tema, pemaknaan dan lainnya,, mungkn itu yang lebih bernilai untuk dibedah,,dipelajari .terima kash...
  • Binsar Oppu Kalau soal poligami urusan dia pada pencipta... apa dia berbuat adil, tetapi jangan kita samakan adil menurut Sang Pengcipta
  • Lia Amalia Sulaksmi terima kasih dek Gia Setiawati Nesa, Binsar Oppu, sebuah proses panjang dalam berkarya seorang penyair ternyata juga dipengaruhi oleh latar belakang kehidupannya....
  • Nova Linda sedikit tambahan tentang Biografi W.S Rendra :

    Willibrordus Surendra Broto Rendra (lahir Solo, 7 November 1935) adalah penyair ternama yang kerap dijuluki sebagai "Burung Merak". Ia mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta pada tahun 1967 dan juga Bengkel Teater Rendra di Depok. Semenjak masa kuliah beliau sudah aktif menulis cerpen dan esai di berbagai majalah. Rendra adalah anak dari pasangan R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo dan Raden Ayu Catharina Ismadillah.

    yahnya adalah seorang guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa pada sekolah Katolik, Solo, di samping sebagai dramawan tradisional; sedangkan ibunya adalah penari serimpi di keraton Surakarta. Masa kecil hingga remaja Rendra dihabiskannya di kota kelahirannya itu. Ia memulai pendidikannya dari TK (1942) hingga menyelesaikan sekolah menengah atasnya, SMA (1952), di sekolah Katolik, St. Yosef di kota Solo. Setamat SMA Rendra pergi ke Jakarta dengan maksud bersekolah di Akademi Luar Negeri. Ternyata akademi tersebut telah ditutup. Lalu ia pergi ke Yogyakarta dan masuk ke Fakultas Sastra, Universitas Gajah Mada. Walaupun tidak menyelesaikan kuliahnya , tidak berarti ia berhenti untuk belajar. Pada tahun 1954 ia memperdalam pengetahuannya dalam bidang drama dan tari di Amerika, ia mendapat beasiswa dari American Academy of Dramatical Art (AADA). Ia juga mengikuti seminar tentang kesusastraan di Universitas Harvard atas undangan pemerintah setempat.

    Bakat sastra Rendra sudah mulai terlihat ketika ia duduk di bangku SMP. Saat itu ia sudah mulai menunjukkan kemampuannya dengan menulis puisi, cerita pendek dan drama untuk berbagai kegiatan sekolahnya. Bukan hanya menulis, ternyata ia juga piawai di atas panggung. Ia mementaskan beberapa dramanya, dan terutama tampil sebagai pembaca puisi yang sangat berbakat. Ia petama kali mempublikasikan puisinya di media massa pada tahun 1952 melalui majalah Siasat. Setelah itu, puisi-puisinya pun lancar mengalir menghiasi berbagai majalah pada saat itu, seperti Kisah, Seni, Basis, Konfrontasi, dan Siasat Baru. Hal itu terus berlanjut seperti terlihat dalam majalah-majalah pada dekade selanjutnya, terutama majalah tahun 60-an dan tahun 70-an. “Kaki Palsu” adalah drama pertamanya, dipentaskan ketika ia di SMP, dan “Orang-Orang di Tikungan Jalan” adalah drama pertamanya yang mendapat penghargaan dan hadiah pertama dari Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Yogyakarta. Pada saat itu ia sudah duduk di SMA. Penghargaan itu membuatnya sangat bergairah untuk berkarya. Prof. A. Teeuw, di dalam bukunya Sastra Indonesia Modern II (1989), berpendapat bahwa dalam sejarah kesusastraan Indonesia modern Rendra tidak termasuk ke dalam salah satu angkatan atau kelompok seperti Angkatan 45, Angkatan 60-an, atau Angkatan 70-an. Dari karya-karyanya terlihat bahwa ia mempunyai kepribadian dan kebebasan sendiri.
    Karya-karya Rendra tidak hanya terkenal di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Banyak karyanya yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing, di antaranya bahasa Inggris, Belanda, Jerman, Jepang dan India. Ia juga aktif mengikuti festival-festival di luar negeri, di antaranya The Rotterdam International Poetry Festival (1971 dan 1979), The Valmiki International Poetry Festival, New Delhi (1985), Berliner Horizonte Festival, Berlin (1985), The First New York Festival Of the Arts (1988), Spoleto Festival, Melbourne, Vagarth World Poetry Festival, Bhopal (1989), World Poetry Festival, Kuala Lumpur (1992), dan Tokyo Festival (1995). Untuk kegiatan seninya Rendra telah menerima
    banyak penghargaan, antara lain Hadiah Pertama Sayembara Penulisan Drama dari Bagian Kesenian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , Yogyakarta (1954) Hadiah Sastra Nasional BMKN (1956); Anugerah Seni dari Pemerintah Republik Indonesia (1970); Hadiah Akademi Jakarta (1975); Hadiah Yayasan Buku Utama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1976) ; Penghargaan Adam Malik (1989); The S.E.A. Write Award (1996) dan Penghargaan Achmad Bakri (2006).
  • Roedy HaBida kalau dari yang pernah saya baca; Realisme itu merupakan aliran kesusastraan yang melukiskan keadaan atau kenyataan secara sesungguhnya. Para tokoh aliran ini berpendapat bahwa tujuan seni adalah untuk menggambarkan kehidupan dengan kejujuran yang sempurna dan objektif. sehingga menurut kebanyakan tokohnya, realisme menuntut penggambaran yang teliti, seperti cermin yang memantulkan realitas objektif di depan audiens, penikmat, dan pembaca.

    Pengarang melukiskan dengan teliti, tanpa prasangka, tanpa tercampur tafsiran, tidak memaksakan kehendaknya sendiri terhadap pelaku dan pembacanya.

    Istilah realisme ini merujuk pada makna fakta-fakta nyata yang ada di sekitar kita. Fakta itu, tak lain dari ketimpangan, ketidakadilan, dan penindasan yang terstruktur rapi. Realisme tidak menampilkan narasi perwujudan keindahan Tuhan. Realisme tidak berbicara tentang erotika alam. Realisme lebih berbicara kepada fakta yang sebenarnya terjadi dibalik keindahan Tuhan dan erotika alam tersebut.

    dan Realisme itu sendiri katanya ada dua yaitu; Realismesosialis dan realisme kritis.

    Realisme sosialis diperkirakan muncul sekitar tahun 1905. Maxim Gorky (sipenulis buku IBUNDA) adalah pengarang yang sering dianggap sebagai bapak pendiri realisme sosialis.

    seperti yang di definisikan oleh Pramoedya AT dalam bukunya, "Realisme sosialis merupakan metode yang meneruskan filsafat materialisme dalam karya sastra serta meneruskan pandangan sosialisme-ilmiah. Dalam menghadapi persoalan masyarakat, realisme sosialis mempergunakan pandangan yang struktural fundamental".Realisme Sosialis, metode dasar kesusasteraan dan kritik sastra Soviet, menuntut pengarang untuk memberikan penggambaran kenyataan yang penuh kebenaran dan konkret secara histories dalam perkembangan revolusinya. Sementara itu, kebenaran dan kekonkretan historis suatu pelukisan kenyataan artistik harus dikombinasikan dengan tugas pendidikan dan pemulihan ideologi pekerja dengan semangat sosialisme. (Fokema 1998: 23)
    Istilah ini timbul pertama-tama dan dengan sendirinya di bumi yang untuk pertama kali memenangkan sosialisme, di bumi yang telah menegakkan sosialisme, yakni Uni Soviet. Tokoh utamanya yang biasanya mendapatkan kehormatan sebagai pelopornya adalah pujangga besar Sovyet, Maxim Gorky, terutama dengan karya utamanya, Ibunda. "Salah satu watak realisme sosialis adalah, “terutama memberanikan rakyat untuk melakukan orientasi terhadap sejarahnya sendiri”. (Ananta Toer, 1980:4)

    nah kalau untuk Realisme Kritis saya belum pernah membacanya..?? mungkin kawan2 disini bisa berbagai juga soal realisme kritis itu serta siapa saja tokok2nya..??
  • Fendi Kachonk Gia Gia Setiawati Nesa ini adalah dalam rangka memberi motovasi awal kepada kita semua sebab,,,kita akan belajar dengan tahapan yang menurut kita akan mempermudah dan semangat luar dalam menulis....dan saya setuju dengan Binsar Oppu dan menurut kang binsar apa yang pantas kita pertik hikmahnya...Wah Nova Linda...terima kasih dan itu sangat penting..selamat malam Liana Amadea mohon masukannya......
  • Binsar Oppu Dan itu karena kecintaannya juga sdr Fendi Kachonk... menulis sebagai sarapannya, makan siang dan malam
  • Fendi Kachonk Oke Bung Yuki Sastradirja bisa memberi kami pencerahan juga untuk kami
  • Larra Bening Menurutku setiap penulis puisi punya karakter yang kuat .. Dan bukan hanya ws rendra ...
    Dan semua menjadi legenda penulisan untuk di pahami bagiamana kita sebagai generasi penerus pencinta sastra mengembangkan apa yang telah ada..

    Dan sejarah mereka menjadi tolak ukur kita

    Maaf lia amalia ... Dan Fendi Kachonk ini hanya opiniku
    Saja karena sejarah karya puisi di indonesia bukan hanya beliau
  • Fendi Kachonk pak Binsar Oppu hehehe......kita harus tetap menulis melihat rendra tak pernah nyerah..ada kah saran mungkin akan lebih pada bagaimana Redra mengangkat dan bersuara orang2 tertindas...
  • Lia Amalia Sulaksmi Adapun realisme kritis (critical realism) menerima realitas objektif dan kemungkinan diperoleh ilmu yang dapat dipecaya tentangnya, bahkan juga mengakui adanya presupposisi yang menyertai manusia ketika mereka mengetahui sesuatu yang mendorong pembahasan kritis tentang esensi pengetahuan seseorang tentang itu.
    Proposisi aliran ini ada empat 1) realitas objektif dan endenpenden itu ada 2) ciri-ciri realitas ini adalah tetap dan independen dari pengamat 3) seseorang yang tahu, memiliki kemampuan kognitif yang dapat dipercaya untuk mengetahui realitas yang tetap ini, namun pengaruh presupposisi dan pandangan hidup serta tradisi menjadi prasyarat dan merelatifkan proses mengetahui itu dan 4) karena itu kebenaran dan pengetahuan tentang alam, sebagiannya ditemukan dan pasti dan sebagian yang lain diciptakan dan relatif.
    Selain itu realisme kritis menggunakan pandangan hidup (worldview) untuk mengetahui sesuatu dan tidak bisa menerima realisme karena menafikan kaitan antara worldview dengan realitas dan juga berseberangan dengan anti-realisme yang melepaskan pandangan hidup dan kepercayaan dari realitas. Realisme kritis menggabungkan objektifisme dan subjektifisme, mengakui alam nyata dan juga realitas manusia yang ingin mengetahui alam. Tidak sepenuhnya percaya pada kemampuan kognitif manusia, tapi mengakui apa yang bisa dilakukan dan apa yang tidak bisa dilakukan oleh manusia
  • Fendi Kachonk ya Setuju Larra Bening ini adalah malam diskusi kita yang pertama dan setiap malam minggu kita akan terus berganti para penyair lainnya....semua penyair punya kebesarannya sendri......
  • Yuki Sastradirja Semuanya sudah cerah, aku berikan senyum saja.
  • Fendi Kachonk Bung Yuki Sastradirja ini semua dalam proses belajar bersama dan semua bisa menggali smangatnya..hehe
  • Larra Bening Oke... Terimakasih semuanya
    Atas pembelajaran malam ini aku undur diri dulu

    Maaf aku bukan penggila ws rendra jadi aku jenuh

    Salam bahagia semua
    Rahayu
  • Roedy HaBida menurut saya tentang Puisi "kepanaasan,....proses penciptaannya jika di lihat puisi ini di tulis pada 15 mei 1998.. dimana saat itu keadaan Indonesia sudah semakin gawat yaitu aksi aksi menunut penurun soeharto semakin meluas dan juga puisi itu lahir beberapa hari pasca kerusuhan 12 mei 1998.... jelas menggambarkan bagaimana situasi indoensia saat itu... dan Rendra memastikan pikirannya melalui puisi bahwa kebenaran akan menghancurkan kedoliman--- yang kuat akan hancur setahap demi setahap dengan usaha keras dan terus menerus dari yang lemah "dianggap lemah.."

    dan kamu batu tanpa hati

    maka air akan mengikis batu

    ............??
  • Lia Amalia Sulaksmi Dek Gia Setiawati Nesa, banyak aliran di dalam sastra salah satunya realis....seperti puisi Rendra ini......
  • Nova Linda masih memyimak dengan sangat antusias untuk menimba banyak ilmu tentang W.S Renra..
  • Fendi Kachonk Larra Bening monggo tapi mungkin tak ada salahnya kita bisa belajar dari siapapun toh....dan bung Roedy HaBida nah,,,,,sempat di cekal jga katanya Rendra menurut bung Roedy kenapa mesti ada cekal mencekal.....
  • Roedy HaBida secara umum saya setuju dengan ulasan@Lia Amalia Sulaksmi..mengenai penciptaan dan isi dari 2 puisi yang di angkat dlm diskusi kaali ini............................dan harapan saya mungkin warga kampung Jerami bisa lebih mengeksplorasi lagi soal 2 puisi itu serta soal siap WS Rendra dalam pandangan kita....... bahkan mengenai aliran sastranya...............??? gimana warga K.J..??
  • Liana Amadea Dear Abang Fendi Kachonk Terkadang Budaya membaca sudah berkurang, apalagi jika aksara terlalu panjang dan ngejlimet, itulah terkadang para Penyair atawa pencinta aksara hanya melihat tanpa melihat maksud yang tersirat dalam postingannya.... memsng sih yang dapat memahami hanya si penulis itupun dengan catatan hasil pemikiran diri sendiri tanpa harus menjadi seorang plagiat?
    Berbanggalah MESKI kita cuma menulis dasar-dasar Puisi/Syair/Sajak tetapi bisa 'menggigit' audiens. Seharusnya kita juga harus menyadari TANPA adanya Saran dan Kritik KITA pasti HANYA jalan ditempat, tanpa di TOLEH sedikitpun........ TRIMS maaf Lee hanya nulis aja sesuai pandangan Lee Keep Enjoy ya?
  • Asri Fara Met malem semua, maaf telat, puisi bang Rendra ini termasuk jenis apa ya? Kontemporerkah, atau apa?
  • Fendi Kachonk Oke Liana Amadea sepakat dengan semangatnya ini sehingga kita lebih matang dan tetap menulis...itulh yang mungkin kita coba gali lagi kawan....Bung Roedy HaBida nah ini adalah pembuka.,,,kedepan kita akan lebih mendalami teori2nya juga,,,apakah seperti ibu Lia Amalia Sulaksmi
  • Yuki Sastradirja Semoga bukan sekedar bahan diskusi, karenanya dalam forum dimanapun aku cuma senyum saja; sebab aku akan pecahkan menjadi 3:

    "Ada diskusi, ada aksi, ada reaksi"

    Ke 3 hal ini adalah bahan dasar seni gerakan. Di forum manapun, aku cuma dikatakan oleh para penyair; jalannya aku terlalu beresiko, aku sambut dengan senyum.

    Kembali aku mau senyum,
    Salam Seni Gerakan.
    Salam Sastradirja.
  • Lia Amalia Sulaksmi Mbak Asri Fara, puisi WS Rendra termasuk puisi aliran realisme...yang berisi gambaran tentang kenyataan, wawasan tentang manusia, budaya, dan zaman....
  • Altje Wantania Slamat malam semua..... Maaf yaaa, kelamaan datang ...... Ayooo jangan tegang ...... Ini ada kopi dan tehmanis .......
  • Larra Bening Benar sekali
    Tapi semua yang obrolan disini banyak sekali dari sumber sumber berita lain..
    Sejarah sastra indonesia
    Menurutku nex kita mencari cara bagaiman mengembangkan puisi puisi para tokoh besar itu atau bagaiman cara mempelajari untuk tulisan kita berkarakter

    Maaf saudaraku Fendi Kachonk ini hanya sekedar ide..
  • Fendi Kachonk kopi mau hehe Kak Altje,,apa ada masukan dan hikmah dari puisi Rendra hehe....
  • Lia Amalia Sulaksmi asyiiikkk,,,,mana kopi dan tehnya...sekalian kuenya hehhehe....
  • Fendi Kachonk Setuju Kawa Larra Bening tapi semua akan bertahap...dan kepada ke depan menggali teorinya ya? ada singgkong yuk sambil belajar bareng,,,,kamu tak salah kok.....rumah ini rumah kita semua
  • Lia Amalia Sulaksmi mbak Larra Bening, setiap penulis punya pilihan...begitu pun dengan Mas Yuki Sastradirja, dia memilih jenis puisinya seperti apa....
  • Larra Bening Bang yuki... Mantap ... !!
  • Fendi Kachonk Oke Kawa Lia Amalia Sulaksmi hehe apa seh maksud dari puisi kepanasan ini?
  • Fendi Kachonk Bung Yuki Sastradirja oke bung itu harapan kita semua....
  • Roedy HaBida Fendi Kachonk di tahun 1998 ketika gejolak reformasi semakin panas saya pernah juga jumpa langsung sm Rendra... bahkan kelompk teater buruh Indonesia (TBI) sebagai cikal bakal GSBI...pernha jg melakukan kerjasama dna pentas bareng Rendra..... Nasib TBI sama juga dengan Rendra ..banyak Pentasnya di Cekal..termasuk pentas di Solo dan TIM jkt...... kenapa ada cekal mncekal??? karena saat itu yg berkuasa rezim otoriter (tdk ada demokrasi).... siapa sj dan dlm bentuk apa sj yg menyinggung aplag mengkritik penguasa dan kebijakn2nya yg di hajar abis.... tangkap.. penjarakan bahkan bunuh.......... srem deh hahaaaaaaaaaaaa
  • Fendi Kachonk Wow Bung Roedy HaBida ternyata menulis ketika bisa kuping penguasa panas itu bagian dari yang di takuti ya Bung?
  • Lia Amalia Sulaksmi Sajak Orang kepanasan seperti yang dikatakan tadi oleh mas Roedy HaBida ditulis pada tahun 1998, pada masa itu terjadi pergolakkan politik disertai runtuhnya ekonomi dengan adanya krisis ekonomi........jurang kaya miskin itu semakin melebar......bisa melihat perbandingan lirik likriknya...Karena kami makan akar

    dan terigu menumpuk di gudangmu
  • Lia Amalia Sulaksmi karena kami makan akar/dan terigu menumpuk digudangmu
  • Fendi Kachonk oh ya,,,aku sekarang di Pekalongan akan baca puisi persembahan untuk Wiji Tukul, marsinah dan Munir Bung Roedy HaBida
  • Larra Bening Okeh lanjut kalo begitu Fendi Kachonk
    Nanti aku kembali setelah mendapat kesimpulan akhir
    Menyerap inti sari pembelajaran saja..
    Terimakasih semua

    Rahayu
  • Liana Amadea Dalam Puisi Tanpa Judul di tulis tangan tsb. menurut pandangan Lee ...
    Maaf mungkin aku sok tahu, tapi gpp khan berceloteh ringan
    Masih dapat bersahaja
    Tetapi jika di baca orang-orang terdekat maka pasti mengeluarkan air mata.

    " Aku ingin kembali pada jalan alam
    Aku ingin meningkatkan pengabdian
    kepada Allah

    Tuhan, aku cinta padamu". ( ini jika di baca hmm sedih loch...)

    Disitu Beliau (WS Rendra) menyembunyikan rasa sakit dan me-masrahkan sebuah rasa Kepada-Nya.
  • Altje Wantania Adaa tuh ...diatas mejaa ...... Nah, panasnya kopi dan tehmanis ini, bikin aku bertanya2 ttg makna SAJAK ORANG KEPANASAN .....
  • Fendi Kachonk Rahayu Larra Bening salaman hehe
  • Fendi Kachonk Liana Amadea, itu menjadi bahan renungan kita.....tetap semangat menulis....
  • Lia Amalia Sulaksmi benar mbak Liana Amadea, sangat menyentuh...itulah perasaan WS Rendra pada akhir hayatnya
  • Fendi Kachonk Meskipun sakit WS Rendra tetap menulis.....ini adalah poin penting betapa semangatnya belia ya Liana?
  • Lia Amalia Sulaksmi Meonk Bajiebon, Liana Amadea, Dita Ipul Dua, Larra Bening, Binsar Oppu...adakah pendapat tentang Sajak Orang Kepanasan selain yang dikemukakan di atas???
  • Nova Linda menurut saya ''SAJAK ORANG KEPANASAN'' adalah sebuah puisi / sajak yang mengandung sindiran / satire dengan gaya ungkapan yang sangat halus..
  • Altje Wantania Aku melihat 'Sajak Orang Kepanasan' sbg suatu bentuk perlawanan orang2 yang tertekan.

    ..... Karena kami arus kali

    dan kamu batu tanpa hati
    maka air akan mengikis batu ....
  • Lia Amalia Sulaksmi yah sajak orang kepanasan bentuk dari sebuah gambaran kenyataan pada waktu itu mbak Nova Linda, Mbak Altje Wantania sebuah bentuk perlawanan pula ................Karena kami diancam

    dan kamu memaksakan kekuasaan


    maka kami bilang : TIDAK kepadamu

    Karena kami tidak boleh memilih

    dan kamu bebas berencana
  • Lia Amalia Sulaksmi bagaimana mas Roedy HaBida....pendapatmu
  • Liana Amadea ''SAJAK ORANG KEPANASAN' yup 'menggelitik' buat pemerintah xixixi
  • Lia Amalia Sulaksmi yap bikin pemerintah "panas Kuping" yah Mbak "Liana Amadea
  • Nova Linda tapi biasanya mereka tetap 'tutup kuping' kok Lia Amalia Sulaksmi.. hehehe
  • Lia Amalia Sulaksmi bisa ditarik kesimpulam bahwa seorang WS Rendra adalah seorang penyair yang beraliran realis yang menulis puisi berdasarkan gambaran tentang kenyataan, wawsan tentang manusia, dan zaman. sebagai seorang penulis maka kita boleh memilih bentuk sastra seperti apa dan aliran apa yang akan kita ikuti..realis, romantik, ekspresif,dll... itu adalah pilihan sebagai seorang penulis...dengan kita belajar mengenai WS Rendra mudah mudahan dapat membuka wawasan bagi kita semua, semnagatlah menulis sampai akhir hayat......"KITA DI SINI SEMUA ADALAH GURU" salam moga moga bermnfaat...aamiin
  • Altje Wantania Selamat berkarya.
  • Binsar Oppu Kalau aku melihat, itu sebagai penyeimbang keadaan (sajak)... walaupun ada yg panas kuping dan membangkitkan amarah... coba kita bandingkan keadaan sekarang, semua keblablasan tak terkecuali... situasi dan pengalaman pemimpin... (itu hanya mengingatkan) dan itu menurut pendapatku bu Lia Amalia Sulaksmi
  • Liana Amadea Pastinya dear sistaa Lia Amalia Sulaksmi... But to be honest, I prefer it soft but stabbing poem. from the rough but hate reading? Intinya Lebih baik membuat Pembaca Penasaran dari pada pembaca Muak dan bosan...itulah bedanya SENIMAN DAHULU dengan SENIMAN SEKARANG hihihihi maybe?
  • Lia Amalia Sulaksmi oke terima kasih mbak Nova Linda, Binsar Oppu, Roedy HaBida Gia Setiawati Nesa, Altje Wantania, Meonk Bajiebon, Larra Bening atas hadirnya dalam diskusi pembelajaran ini
  • Lia Amalia Sulaksmi Mas Yuki Sastradirja, walau penuh resiko...lanjutkan andalah realis selanjutnya...suarakan....
  • Larra Bening Sajak.kepanasan menurutku..
    Dia ingin menciptakan demokrasi yang kini telah ada di negri ini melalui perjuangan lewat maha karya luar bisa
    Trims
  • Meonk Bajiebon seniman sekarang
  • Asri Fara Semangat semua, mari bersama berjuang di bait-bait akasara, usah gentar halilintar menyambar, usah takut kena sikut, terus menerjang bersenjatakan ujung pena yang tajam..
    Chiayo!
  • Lia Amalia Sulaksmi Mbak Umirah Ramata,......salam....mas Binsar Oppu, kita jadikan sastra sebagai bentuk teriakan kita terhadap kenyataan.....
  • Yuki Sastradirja Aku tidak begitu mengikuti almarhum, tetapi pernah diminta teman-teman membacakan "Sajak Pamflet dan Sajak Sebatang Lisong" dalam acara Tribute To WS Rendra di Pelataran Teater Kecil Taman Ismail Marzuki. Aku bersama kawan karib almarhum yang sama-sama keliling dunia dalam mempertemukan teater Indonesia dan Teater Modern, yaitu; Agoes Jolly (Bapak Performance Art Indonesia).
  • Liana Amadea For mas brow Meonk Bajiebon...Mungkin saja....ini hanya pendapat pribadi saya saja, bebas aja khan berpendapat tetapi dengan koridor tak menyakiti orang lain???.
    Seniman Dahulu selalu menggunakan banyak Istilah tak baku penuh tanya dan misterius rada s
    ulit ditebak.
    Seniman sekarang lebih modern dan nyeleneh dalam mengistilahkannya tetapi pembaca merasa tersinggung dan tersindir
    Terima kasih selamat malam. Salam Kreasi Seni dari saya
  • Binsar Oppu Salam untuk semua sdr/sdri... salam sastra
  • Meonk Bajiebon kakak liana, memang benar tapi saya membuat sebuah karya seperti ciri ciri gaya seniman sekarang hehe
  • Liana Amadea Yap dear Meonk Bajiebon meskipun kita tak akan memungkiri... dari siapa kita BELAJAR atawa Hanya OTODIDAK Rasanya sah sah aja Tetapi Lebih baik Harus mempunyai Karakter BUAT DIRI SENDIRI. aku memang gak ada basic Sastra Tetapi AKU SUKA Meski Tulisan/Karya ku Acak adul tetapi inilah aku xixixixixi Salam buat semua Bye aku pamit ya mo bobo ...sampai jumpa.
  • Yuki Sastradirja Kalau mau bentrok hehehehehehe, kenali musuh utamanya hahahahahay

    "jus't kidding for our nations"


    Hehehehehehe
  • Meonk Bajiebon kakak liana, iya sama aku tidak pernah belajar sastra aku tidak mempunyai guru sastra yg mengajariku detail aku rasa otodidak, hehe
    yg bisa berkarya sastra tidak harus dari golongan pandai bersastra tapi karna aku suka ya seperti ini.. Aku suka sastra sejak skrg ya smp seperti om Ws. Rendra hehe
    Malah curhat
  • Liana Amadea dear Meonk Bajiebon
    Karena bisa jadi dari sebuah rasa yang mengendap
    Sulit di lisankan

    Mungkin hanya menulislah jadi alternatif memompa rasa minder
    Meski lidah kelu tak kan menghalangi perasaan buat mencari satu rasa yang pas.
    Oke itu saja pendapat saya yang masih harus menimba ILMU dari Teman2 pencinta SASTRA hmmm Amazing
  • Meonk Bajiebon kakak liana, hmm selalu aku lakukan pribadi ku pemalu dan cuek hanya menulis dan menulis menuangkan unek2 di hati.. Selamat malam
  • Roedy HaBida haha................. maaf td pindah chanel dulu lihaat si kulit bundar mbak@Lia Amalia Sulaksmi.... dkk....... sdh sejauh mana disksui kita ??? heee
  • Lia Amalia Sulaksmi hehehe....Silahkan baca mas Roedy HaBida....sudah disimpulkan mungkin ada yang ingin ditambahkan...
  • Roedy HaBida siip............ ga lah.. ikut saja..... mbak...
  • Moh Taufiqurrahman Setelah saya menyimak makalah yg ditulis oleh bu Lia Amalia Sulaksmi, terlepas akan madzhab suatu karya dan epistimologi sastra (diksi dll) yg "diamini" si Burung Merak; WS Rendra, saya mengamati secara keseluruhan karya-karya puisinya, ada semacam semangat "pembebasan". Yg dimaksudkan disini, Rendra ingin menulis puisi (sastra) tanpa "tedeng aling-aling", ia ingin menulis puisi secara mengalir tanpa menabrak epistimologi sastra (diksi dan semacamnya). Terlihat, ketika kita baca karya puisinya yg tanpa judul saat terbaring pesakitan di RS. Atau, yg berjudul Sajak Orang Kepanasan. Puisinya tdk terasa "gelap", dijejali metaforis-metaforis dan kosa kata yg cenderung "lebay". Rendra menulis puisi dengan sederhana! Inilah letak kerumitannya, jarang para penulis muda (pasca angkatan 45, 60, 70 atau reformasi-an) yang mampu menulis puisi sedahsyat karya Chairil Anwar, WS Rendra dll. Terakhir, saya pikir kesederhanaan tubuh puisi itulah yg membikin puisi tampak "seksi" dan "menyentil". Bagaimana pendapat teman-teman?
  • Moh Taufiqurrahman Banyak karya puisi "Burung Merak" yg sepintas tampak sederhana, salah satunya puisi berikut:

    SAJAK SEBATANG LISONG
    Oleh :
    W.S. Rendra

    Menghisap sebatang lisong
    melihat Indonesia Raya,
    mendengar 130 juta rakyat,
    dan di langit
    dua tiga cukong mengangkang,
    berak di atas kepala mereka
    Matahari terbit.
    Fajar tiba.
    Dan aku melihat delapan juta kanak-ka

    nak
    tanpa pendidikan.

    Aku bertanya,
    tetapi pertanyaan-pertanyaanku
    membentur meja kekuasaan yang macet,
    dan papantulis-papantulis para pendidik
    yang terlepas dari persoalan kehidupan.

    Delapan juta kanak-kanak
    menghadapi satu jalan panjang,
    tanpa pilihan,
    tanpa pepohonan,
    tanpa dangau persinggahan,
    tanpa ada bayangan ujungnya.
    …………………

    Menghisap udara
    yang disemprot deodorant,
    aku melihat sarjana-sarjana menganggur
    berpeluh di jalan raya;
    aku melihat wanita bunting
    antri uang pensiun.

    Dan di langit;
    para tekhnokrat berkata :

    bahwa bangsa kita adalah malas,
    bahwa bangsa mesti dibangun;
    mesti di-up-grade
    disesuaikan dengan teknologi yang diimpor

    Gunung-gunung menjulang.
    Langit pesta warna di dalam senjakala
    Dan aku melihat
    protes-protes yang terpendam,
    terhimpit di bawah tilam.

    Aku bertanya,
    tetapi pertanyaanku
    membentur jidat penyair-penyair salon,
    yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
    sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya
    dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan
    termangu-mangu di kaki dewi kesenian.

    Bunga-bunga bangsa tahun depan
    berkunang-kunang pandang matanya,
    di bawah iklan berlampu neon,
    Berjuta-juta harapan ibu dan bapak
    menjadi gemalau suara yang kacau,
    menjadi karang di bawah muka samodra.
    ………………

    Kita harus berhenti membeli rumus-rumus asing.
    Diktat-diktat hanya boleh memberi metode,
    tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan.
    Kita mesti keluar ke jalan raya,
    keluar ke desa-desa,
    mencatat sendiri semua gejala,
    dan menghayati persoalan yang nyata.

    Inilah sajakku
    Pamplet masa darurat.
    Apakah artinya kesenian,
    bila terpisah dari derita lingkungan.
    Apakah artinya berpikir,
    bila terpisah dari masalah kehidupan.


    19 Agustus 1977
    ITB Bandung
    Potret Pembangunan dalam Puisi


    Sajak ini dipersembahkan kepada para mahasiswa Institut Teknologi Bandung, dan dibacakan di dalam salah satu adegan film “Yang Muda Yang Bercinta”, yang disutradarai oleh Sumandjaya.
  • Lia Amalia Sulaksmi saya setuju dengan mas taufik...walaupun kata katanya sederhana namun setelah ditelaah ternyata sangat kaya imajinasi... .
  • Moh Taufiqurrahman Nah, itulah bu Lia Amalia Sulaksmi masalahnya. Membikin karya yg sederhana ini susahnya minta ampun! hehe.. ini lagi tubuh puisi yg sepintas nampak sederhana tetapi sangat berbobot:

    AKU


    Kalau sampai waktuku
    'Ku mau tak seorang kan merayu
    Tidak juga kau

    Tak perlu sedu sedan itu

    Aku ini binatang jalang
    Dari kumpulannya terbuang

    Biar peluru menembus kulitku
    Aku tetap meradang menerjang

    Luka dan bisa kubawa berlari
    Berlari
    Hingga hilang pedih peri

    Dan aku akan lebih tidak perduli

    Aku mau hidup seribu tahun lagi

    Maret 1943
    Saya selalu merasa, dalam menulis puisi sering tdk berangkat dari ketulusan hati, seolah dibuat-buat dg kosa kata yg bernuansa puitis. Sehingga roh puisi itu "sengaja dihadirkan" Bukan timbul dg sendirinya. Inilah letak kesalahan saya. hehehe
  • Lia Amalia Sulaksmi wah...yang di atas puisi chairil anwar yang terkenal itu...kita bahas chairil anwar minggu-minggu selanjutnya tentang pembebasannya dari romatiknya angkatan 30 an

    karena sebenarnya menulis puisi itu awalnya dari hati...kalau menulis ttg kenyataan di s
    ekitar bisa menyentuh seperti Rendra karena hatinya memang sangat peduli dengan persoalan bangsa.........memang harus dari hati mas taufik....kesalahan saya pun sama....jika menulis dr hati hanya pengalaman pribadi berupa ekspresi rasa.. walaupun itu tidak salah.....
  • Fendi Kachonk Kawan Moh Taufiqurrahman dan Kawan Sigit Enstiwistle hehe....udah lepas neh dari waktu kajiannya...mohon jangan telah lagi minggu depan ya? hehehehhe
  • Sigit Enstiwistle drpd tidak sama sekali heeeeeeee
  • Moh Taufiqurrahman Maaf kang Fendi Kachonk, keindahan sepak bola juga tak kalah oleh keintrisikan pesan dari sastra
  • Fendi Kachonk oke tapi biar sekarang acara komen2 di postingan kawan2 ya.....yukkk maarrriiiiii....hahaha
  • Dang Zhockaw GothessNyalira Sampurasun.... saya telat nie kawan2, ada gangguan dgn fb nie meski hanya beberapa saat saja... sedikit menyimak, keren2 untaian komentar'a.... hehe
  • Cahaya Rany Hadirrrrrrr,,,, wah wah aku ketinggalan nich, salam santun silaturrahmi dalam diskusi di Kampoeng Jerami, salam pagi sahabat hati
  • Mahdaq Amarsyah Johan Yaaa...udah rame. Saya
    nggak ketinggalan , kan ?

    Beberapa tahun sebelum
    meninggal, saya menemui beliau di lobi
    hotel Mutiara Merdeka
    di Pekanbaru. Yang
    di bahas, bukan tentang
    sastra. Malah...tentang
    nikmat hatinya selesai
    sholat isya. Saya geli tapi
    seneng . Dalam hati,
    ngomong, seniman besar dunia sastra kok
    sibuk membahas enak
    hati setelah sholat.
    Hahaha...kesederhanaan
    yang diraih diujung keluarbiasaan...

1 komentar:

Anonim mengatakan...

taufiq suka dengan gaya naratifnya hehe