Awalnya adalah impian, lalu kemudian bergulir dalam
kebersamaan. Itulah gambaran TITIK TEMU, sebuah antologi puisi yang diterbitkan
oleh Komunitas Kampoeng Jerami (KKJ) dalam rangka hari Hak Asasi Manusia (HAM)
setahun lalu, 10 Desember 2014. Dalam setahun, buku yang dilibati oleh 60
penulis dari berbagai kalangan ini sudah berjalan ke banyak kota.
Diluncurkan di dunia maya persis pada perayaan HAM lalu
bergulir secara nyata di berbagai tempat. Pertama di RRI Sumenep pada 4 Januari
2016, lalu berjalan ke Jakarta di Sastra Reboan 25 Pebruari 2016. Kesempatan
berikutnya adalah Bandung bersama Majelis Sastra Bandung 22 Maret 2016,
Bengkulu bersama Kedai Proses 17 April 2016, di Tangerang bersama 30 Mei 2016, dan
di Malang bersama Komunitas Pelangi Sastra Malang 13 Juni 2016.
Selain itu, Titik Temu juga dibawa dalam beberapa diskusi,
tulisan di beberapa media dan sebagainya. Seluruh perjalanan itu tak lepas dari
dukungan banyak orang yang terlibat dalam sastra maupun dalam pergerakan HAM.
Apakah setelah satu tahun diluncurkan buku puisi ini sudah memberikan
manfaatnya? Yang bisa menjawab adalah orang-orang yang menulis, membaca dan melibatinya.
Tapi tak bisa dipungkiri bahwa sebuah buku adalah alat yang nyaris abadi untuk
menyuarakan pesan-pesan kemanusiaan. Dan
buku yang sudah dibawa dalam perbincangan-perbincangan akan lebih menyebarkan
wawasan itu secara manusiawi.
Semesta sudah memberikan dukungan yang besar ini,
terimakasih banyak pada para penulis, pembaca, komunitas yang terlibat,
jaringan-jaringan yang sudah mendukung Titik Temu dan juga seluruh energi dari
berbagai pihak. Ini akan jadi awal dan modal bagi perjalanan yang berikutnya bagi gerakan
HAM dan juga secara khusus bagi Komunitas Kampoeng Jerami.