Kamis, 10 Desember 2015

SATU TAHUN TITIK TEMU



Awalnya adalah impian, lalu kemudian bergulir dalam kebersamaan. Itulah gambaran TITIK TEMU, sebuah antologi puisi yang diterbitkan oleh Komunitas Kampoeng Jerami (KKJ) dalam rangka hari Hak Asasi Manusia (HAM) setahun lalu, 10 Desember 2014. Dalam setahun, buku yang dilibati oleh 60 penulis dari berbagai kalangan ini sudah berjalan ke banyak kota.

Diluncurkan di dunia maya persis pada perayaan HAM lalu bergulir secara nyata di berbagai tempat. Pertama di RRI Sumenep pada 4 Januari 2016, lalu berjalan ke Jakarta di Sastra Reboan 25 Pebruari 2016. Kesempatan berikutnya adalah Bandung bersama Majelis Sastra Bandung 22 Maret 2016, Bengkulu bersama Kedai Proses 17 April 2016, di Tangerang bersama 30 Mei 2016, dan di Malang bersama Komunitas Pelangi Sastra Malang 13 Juni 2016.

Selain itu, Titik Temu juga dibawa dalam beberapa diskusi, tulisan di beberapa media dan sebagainya. Seluruh perjalanan itu tak lepas dari dukungan banyak orang yang terlibat dalam sastra maupun dalam pergerakan HAM. Apakah setelah satu tahun diluncurkan buku puisi ini sudah memberikan manfaatnya? Yang bisa menjawab adalah orang-orang yang menulis, membaca dan melibatinya. 

Tapi tak bisa dipungkiri bahwa sebuah buku adalah alat yang nyaris abadi untuk menyuarakan pesan-pesan kemanusiaan.  Dan buku yang sudah dibawa dalam perbincangan-perbincangan akan lebih menyebarkan wawasan itu secara manusiawi.

Semesta sudah memberikan dukungan yang besar ini, terimakasih banyak pada para penulis, pembaca, komunitas yang terlibat, jaringan-jaringan yang sudah mendukung Titik Temu dan juga seluruh energi dari berbagai pihak. Ini akan jadi awal dan modal bagi perjalanan yang berikutnya bagi gerakan HAM dan juga secara khusus bagi Komunitas Kampoeng Jerami.